Melawan Pragmatisme, Menuju Indonesia Masa Depan

Sabtu, 25 Juni 2011
Pelajar adalah penentu masadapan bangsa. Pelajar dalam makna kita adalah seluruh elemen yang masih mengenyam pendidikan. Jadi mahasiswa juga termasuk pelajar. Bukankah bahasa asing seperti Arab dan Inggis ('student' dan 'thalibun') makna untuk pelajar dan mahasiswa tidak beda. Seperti apa pendidikan yang diterapkan pemerintah, seperti itulah karakter bangsa masadepan. Pemerintah sendiri adalah organisasi yang inklusif dalam mengembangkan segala macam kebijakannya termasuk pendidikan. Seiring bergulirnya waktu pendidikan di negeri kita telah sangat banyak mengadopsi sistem pendidikan negara-negara maju. Berbicara negara maju, maka hampir semua orang sepakat Uni Eropa (UE), Australia dan Amerika Serikat (AS) sebagai standar. Proses UE dan AS menuju negara maju telah melewati masa-masa yang sampai kapanpun akan dikenang dengan sebuah kata istilah: 'Hitam'.
Untuk mendirikan AS, bangsa dari daratan Eropa telah melakukan kejahatan kemanusiaan tertinggi sepanjang sejarah (maski tidak terekspose). AS didirikan di atas tulang-benulang bangsa Indian akibat pembantaian besar-besaran oleh bangsa dari daratan Eropa akibat perlawanan Indian. Peroses mendirikan Australia juga menempuh jalur yang sama oleh bangsa yang sama terhadap pribumi Australia, suku Aborigin. Kekejaman ini tega dilakukan karena cita-cita besar bangsa Eropa lebih besar dari rasa kemanusiaan yang mereka miliki. Karakter kolektif seperti ini sulit dijelaskan melalui jalur psikologi kecuali mengatakan masing-masing mereka mengidap psikopath. Ditinjau dari sudut pandang agama, Yesus dan St. Paul tidak pernah mengaminkan hal perilaku semacam itu.
Pendidikan? Sampai abad pertengahan bangsa Eropa masih sangat memainkan sistem hidup perbedaan kelas. Sebagaimana sejarah manusia dimanapun, yang berhak memeproleh pendidikan layak hanyalah dari kaum bangsawan. Dari kalangan bangsawan inilah ilmu pengetahuan berkembang. Karakter bangsawan yang mengedepankan kesenangan meski menggilas mayoritas lainnya mereka perbolehkan karena mayoritas itu adalah budak. Mental demikian sangat mempengaruhi perang Eropa yang sangat dahsyat. Semua ingin memperoleh kenikmatan hidup dengan menindas kalangan lain. Eropa merubah paradigmanya setelah mereka menemukan daratan-daratan lain dan muncul hasrat untuk menguasai daratan-daratan yang mereka temui itu. Hasrat memperbudak sesama bangsa Eropa mereka ganti dengan upaya pembudakan terhadap penduduk dari daratan-daratan yang baru mereka jumpai. Kerajaan-kerajaan di Eropa membuat kesepakatan-kesepakatan tentang pembagian wilayah ekspansi. Misalnya, Spanyol ke Barat dan Portugal ke Timur. Setelah masing-masing kerajaan Eropa berhasil menguasai wilayah jajahannya, dan berhasil mendirikan negara besar di Timur (Australia) dan di Barat (AS) mereka bersatu untuk saling menguatkan guna menjaga wilayah kekuasaan masing-masing. Persatuan Ini disebut Uni Eropa. Peta perbudakan modern dapat dilihat dengan sangat jelas yaitu, AS, Australia dan UE sebagai tuan dan negara-negara kelas tiga sebagai budak.
Prinsip hidup yang mengedepankan raihan kesenangan meskipun harus menindas kelompok lain telah lama di pengang bangsa Eropa jauh sebelum Immanuel Kant memperkenalkan istilah 'Pragmatisme'. Prinsip pemikiran pragmatis yang mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok telah menjadi jalan hidup para pejabat di negeri kita. Mereka tidak pernah mau memikirkan kondisi rakyat yang menjadi tanggungjawab mereka. Pejabat di negara kita hanya memikirkan agar anak-anak mereka memperoleh pendidikan terbaik dan kalau perlu ke luar negeri dan istri mereka dapat soping sebulan sekali ke Eropa dan Amerika. Ideologi pragmatisme yang menjadi jalan hidup pejabat negeri kita dipengaruhi oleh sistem pendidikan nasional yang membentuk mereka.
Mulai dari segi konsep hingga operasional, pendidikan Indonesia hanya mementingkan hal-hal yang bersifat temporar. Untuk menentukan standar kelulusan peserta didik misalnya, penentu kebijakan menerapkan standar kelulusan yang hanya menilai peserta didik melalui kecerdasan IQ semata. IQ yang besasal dari otak, identik dengan akal dan mudah diakal-akali. Dalam sistem pengajaran guru-guru hanya memaksakan siswa melahap kurikulum sampai mulut tersumbat tanpa pernah mendidik moral, etika dan emosional peserta didik. Sementara guru sendiri hanya berfokus pada gaji di awal bulan, sertifikat dan promosi jabatan. Pejabat pemerintah bidang pendidikan merumuskan konsep-konsep yang sama-sekali tidak berpihak kepada peserta didik yang harus diposisikan dan dididik sebagai manusia. Generasi muda memang layak disibukkan dengan belajar dan belajar. Tapi pelajaran di negeri kita tidak proporsional. Manusia untuk menjadi 'manusia' tidak cukup dan tidak boleh bila osupan otak mengenai teori dan terus teori diberikan. Untuk menciptakan manusia kita harus benar-benar paham siapa itu manusia.
Manusia memiliki tiga macam wadah kecerdasan untuk diasah dan dikembangkan melalui wadah pendidikan. Namun sayangnya, sekolah di negeri kita hanya mengembangkan satu model kecerdasan saja dan mengabaikan dua yang lainnya. padahal kecerdasan yang diasah di sekolah hanya berperan 20 persen dalam kehidupan manusia. Kecerdasan ini disebut Kecerdasan Intelektual (IQ). Karena lembaga pendidikan formal (LPF) menyita semua waktu siswa maka tidak lagi terdapat waktu dan wadah untuk mengembangkan dua kecerdasan lain yang lebih bermanfaata yakin kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan Spiritual (SQ).
            Hanya berbekal kecerdasan intelektual itulah manusia hidup. Bila hanya IQ modalnya, jangankan untuk mengisi hidup, bangsa kita bahkan tidak mampu memaknai hidup, apalagi mengisi makna hidup. Bangsa kita hidup hanya persis seperti hidupnya hewan, hanya tunduk pada hukum alam serba mekanistik. Daya nalar kita rendah akibat kurangnya kepekaan. Maka dengan kondisi seperti ini kita akan menjalankan kehidupan persis seekor anjing yang hanya memenuhi desakan perut temporar tanpa mampu memikirkan dampak kedepan serta rancangan-rancangan masa depan. Bila begini terus sistem pendidikan kita, maka sampai kapanpun kita akan hidup untuk bernafas, makan dan seks. Kita hanya akan memikirkan kepentingan sementara. Kita hidup dengan mengedepankan desakan naluri tanpa nalar. Akibatnya, kerusakan tatanan hidup bangsa Indonesia adalah karena mereka hanya mengedepankan kepentingan sesaat. Kita tidak mampu melihat substansi dari segala realitas dan materi.
Rok mini dan baju belah dada wanita hanya dinilai melalui penilaian sementara yaitu, indah nikmat dan wah. Kita tidak mampu memanjangkan nalar dengan menilai pakaian demikian akan mengundang banyak tindakan kekerasa. Kalau bukan dia yang diperkosa ya, orang lain karena syahwat laki-lakinya naik. Merampok & mencuri untuk dapat kawin atau main lonte. Pembunuhan karena cemburu akibat selingkuh untuk mencari paha yang mulus seperti yang dia lihat dimana itu tidak dimiliki istrinya. Semua sebab kejahatan itu tidak mampu dilihat sebab akal manusia produk SPF adalah akal yang diproduksi untuk melihat dan mencari kesenangan sesaat.
Kaum muda tidak mampu melihat efek dari konsumsi narkoba, mereka hanya mampu melihat efek nikmat sementara narkoba. Remaja putri tidak mengetahui bahwa pemicu awal konflik rumah tangga yang kadang harus segera gulung tikar atau hidup dalam sengsara adalah karena suami tidak puas menemukan kondisi istri di atas ranjang pada malam pertama. Mereka hanya mampu melihat kenikmatan-kenikmatan sementara dalam ajang pergaulan bebas dan seks pra nikah.
Kaum elit di gedung besar dalam ruangan dingin sudah pasti tak sampai akalnya memikirkan nasib rakyat yang tercekik lehernya, kering dengkulnya akibat bekerja hanya untuk membayar hutang berbunga luarbiasa besar untuk Bank dan rentenir karena kesulitan memperoleh dukungan usaha yang memihak. Tikus-tikus itu hanya mampu memutar otak untuk memperoleh komisi, mencari peluang korupsi dan menutupi bau busuk bangkai yang mereka simpan.
Budaya hidup seperti ini diakibatkan paham pragmatisme yang dianut bangsa kita. Kita telah mewariskan budaya ini secara turun-temurun. Kita terlalu takut akan kekurangan harta bila digunakan sedikit untuk berzakat. Kita lebih yakin dengan lembaga asuransi. Jaminan-jaminan yang ditawarkan asuransi lebih memikat hati daripada janji-janji Tuhan dalam Kitab Suci. Idiologi pragmatisme persis seperti orang yang tersesat di hutan tanpa petunjuk apapun. Dia memilih untuk rehat sambil menikmati semua perbekalan dan menunggu sebuah helikopter datang membantu, tidak pula membuat asap, kain putuh, cermin atau sinyal-sinyal lain untuk memberi tanda mana tau ada yang datang untuk mencarinya dan membantu. Orang yang hidup di bawah naungan sebuah prinsip idealitas adalah yang dila tersesat di hutan dia terus berjalan lurus dengan harapan menemukan sungai atau perkampungan Dia terus mengibarkan bendera putih dan menghemat logistik sejadi-jadinya.
Tidak ada grafik dalam sebuah tabel yang terus beranjak naik, dia pasti akan menurun, naik lagi demikian seterusnya. AS, UE dan negara-negara maju lainnya suatu saat pasti akan mengalami destruksi. Indonesia sekarang sebagai negara paling terbelakang akan menguasai dunia. Camkan! Sejarah membuktikan negara-negara paling maju akan runtuh akibat tangan negara paling terbelakang di zamannya. Tidak ada yang mampu memprediksikan keruntuhan dua kerajaan besar, Romawi dan Persia lewat tangan bangsa Arab yang terkenal chauvanistik, terbelakang dan bodoh. Kejayaan Arab yang gilang-gemilang dari Andalusia hingga Nusantara berpusat di Baghdad ternyata luluh-lantak ditangan bangsa Mongol yang bahkan tidak punya rumah.
Bangsa terbelakang punya semangat dan mimpi. Ketika semangat itu bersatu dengan mimpi maka timbullah komitmen tangguh dalam semangat mewujudkan mimipi. Karena langit itu berbatas, maka negara-negara yang telah mencapai puncak kejayaannya tidak ada yang akan terjadi kecuali keruntuhan. Masyarakatnya telah sibuk dalam aktivitas rutin yang tidak lagi membuat otak mereka terus berputar. Bila otak berhenti berputar maka nalar dan imajinasi akan berhenti, sel-sel otak tidak lagi semakin hudup. Pasif. Maka saat itulah tiba masa keruntuhan. Indonesia adalah negara yang luas, secara geografi strategis, SDA melimpah di dalam dan atas tanah dan di dalam laut, dengan masyarakat yang mudah diatur dan giat bekerja. Bila potensi itu disempurnakan dengan prinsip idealitas dan ideologi yang mantap dan teguh, maka tidak lama lagi negeri ini akan menjadi negara paling maju di dunia: Liberalisme tidak mungkin diterima sebagai idealitas dan prinsip karena semua orang tau Liberalisme itu gagal; Komunisme takkan hidup ditengah masyarakat yang semua menganut agama dengan teguh. Saya memperkirakan Islam akan menjadi prinsip dan ideologi semua warga negara Indonesia. Islam memiliki semua panduan dalam hidup untuk segala bidang. Islam memberi petunjuk hidup ideal mulai dari urusan buang air besar dan kecil hingga politik dan hubungan internasional.
Langkahnya adalah kaum muslim harus mampu meyakinkan nonmuslim akan realistisnya prospek Islam melalui lisan dan perbuatan mereka. Organisasi-organisasi Islam, bagaimanapun bentuk dan sifatnya, harus mampu mengawal akidah ummat Islam dan memperbaiki dan mengawasi sistem pemerintahan agar benar-benar bersih dari kecurangan dan pencurangan.
Indonesia? Saya yakin...!!!

0 komentar:

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))