Kejujuran Seorang Politisi

Sabtu, 25 Juni 2011
Jujurkah seorang politisi? Pertanyaan ini menarik untuk didiskusikan. Meskipun bila kita melakukan Survei kepada masyarakat dengan tiga opsi jawaban yaitu, JUJUR, TIDAK JUJUR dan TIDAK TAHU,   kemungkinan jawaban dari koresponden (mungkin) hampir 80% koresponden akan menjawab tidak jujur. Sebagian yang lain yang menjawab tidak tahu, dan sangat sedikit yang akan menjawab jujur. Ini hanya kemungkinan, bisa jadi malah sebaliknya, tergantung siapa yang akan menjadi objek penelitian.

Bila masalah ini kemudian kita kaitkan dengan polemik yang berkaitan dengan pernyataan seorang Ketua DPR-RI Marzuki Alie (MA) baru-baru ini dalam rangka menanggapi bencana alam di mentawai, yang Memberi stigma negatif kepada para penduduk yang bermukim di pulau-pulau rawan bencana. MA megatakan sebagaimana dikutip media: Jika masyarakat Mentawai takut ombak, seharusnya pindah ke daratan saja. Bencana yang menimpa pulau di Sumatera Barat tersebut adalah risiko masyarakat yang tinggal disitu.  Memang pernyataan itu membuat kita sangat terluka. Apalagi MA adalah ketua DPR yang notabenenya adalah seorang politikus.

Banyak yang menyesalkan pernyataan MA itu. Namun di sisi yang lain, apa yang diucapkan itu adalah sebuah kejujuran.  Artinya, memang demikianlah yang sebenarnya sikap politisi kita. Sebab namanya  saja seorang politisi.

Sebenarnya, bila jujur kita menilainya, banyak politisi  politisi itu penuh dengan kepura-puraan.  Bila hari ini bilang A bila besok situasinya lain, maka dia akan bilang sesuai dengan situasi besok. Bila banyak politisi mengatakan simpati, sesungguhnya yang benar itu seperti apa yang disampaikan oleh MA. Kata orang nama saja politisi.

Pernah suatu ketika seorang teman bercerita. Bahwa saya sudah bertemu dengan si polan (kebetulan si polan itu selama ini dikenal sebagai politisi handal) berkaitan dengan masalah yang menimpanya. Pada saat itu dengan semangat yang berapi-api teman saya itu menggatakan masalah ini akan selesai sebab si fulan  itu sudah menjanjikan penyelesaiannya dengan segala cara. Namun, seorang teman saya yang satu lagi tertawa terbahak-bahak mendengar sikap teman saya tadi dengan penuh sumringah dan semangat. Teman saya yang terbahak-bahak itu mengatakan: “Kamu pada seorang politisipun percaya”. Katanya lagi, seorang politisi itu memang akan mengatakan seperti itu tapi lihatlah kenyataannya nanti. Pasti dia akan katakan, “O, saya sudah usahakan namun tidak berhasil”.

Contoh lain, pada saat mereka akan mencalon diri menjadi calon anggota perlemen dalam  Pemilu. Untuk kepentingan mereka agar dapat terpilih atau dalam rangka mencari simpatik pemilih, sering kita lihat mereka ini bahkan dengan semangat yang mengebu-ngebu akan membuat perjanjian-perjanjian tertentu dengan menaruh besar-besar tandatangan di atas kertas agar ketika terpilih nanti ini harus diperjuangkan. Bahkan tidak jarang ada yang mengundang pers, agar apa yang dilakukan itu di muat di media massa. Tetapi setelah mereka terpilih, ketika pernyataan itu disodorkan kembali, pasti mereka punya berbagai alasan.

Atau kita lihat, ketika mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran dengan membawa berbagai tuntutan. Mereka di hadapan para demonstran juga akan mengatakan hal yang serupa. Bahkan kami akan memperjuangkan apa yang anda perjuangkan. Tetapi ketika tuntutan itu reda, atau demonstrasi bubar, hasilnya juga tidak ada.

Memang,  pada kenyataan banyak yang bersikap demikian, memberikan harapan-harapan kepada semua orang. Prinsip mereka, tidak boleh sedikit mengecewakan orang. Berikan mereka harapan-harapan meskipun itu hanya pelipur lara saja. Meskipun dia tahu bahwa apa yang dikatakan itu tidak mungkin diselesaikan.

Oleh karena itu, sikap MA itu bisa kita artikan itulah sikap seorang politisi yang sebenarnya. MA telah terlalu berlaku sikap jujur kepada kita semua. Sebab, tidak ada yang berani melakukan seperti itu.  Bahkan sebagian dari mereka terlalu banyak berbohong. Mengatakan simpati, tetapi sebenarnya tidak simpati. Kejujuran seorang MA, itulah yang sesungguhnya kejujuran seorang politisi. Meskipun masih ada juga yang tidak seperti itu. Untuk yang terakhir ini, bila kita melakukan survei kepada masyarakat pasti jawabannya dalam persentasi yang sangat-sangat kecil.

0 komentar:

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))